Sepanggal Kisah Menuju Puncak Burni Telong Part I

Puncak Burni Telong
Ini kisah sepanggal perjalanan kami dengan 17 orang teman, menuju puncak Burni Telong (Bener Meriah). Katanya Puncak Burni Telong 2600 mpdl. Berhubung saya sudah lama menanti untuk bisa mendaki puncak itu. Hanya bisa melihat foto-foto dari teman-teman pecinta alam. Dan alhamdulillah, bisa tercapai juga cita-cita saya. Dengan moment 17 Agustus 2014 berada diatas puncak itu.
Puncak Burni Telong ini berada disebuah Kab. Bener Meriah, Aceh. Salah satu gunung yang terindah dan tertinggi yang ada di dataran Gayo atau bisa disebut kota dingin. Gunung itu, gunung berapi yang tergolong aktif ditanah Gayo. Konon katanya sudah pernah meletus puluhan tahun yang lalu. Dan dipuncak ini juga banyak bunga Edelweis yang indah. Kata orang Gayo bunga Edelweis itu adalah bunga abadi. Yang hidup diperpanjangan jalan menuju puncak.  
Setiap orang yang mau mendaki gunung Burni Telong, harus minta izin kepada orang desa yang dibawah kaki gunung Burni Telong. Saat itu kami suda boking lima hari sebelum berangkat menuju Bener Meriah. Sehinggah kami tidak susah dalam hal pem boking an karena sudah di boking oleh ketua tim kami.
Kami bergerak untuk mempersiapkan perlengkapan pada hari jum'at tanggal 15 Agustus 2014. Sekita jam 17.00 Wib. Berkumpul untuk cek perlengkapan untuk berangkat dari Banda Aceh menuju Bener Meriah pada esok pagi. Pada pagi sabtu, tanggal 16 Agustus 2014 kami memulai perjalanan menuju Bener Meriah. Jam 07.00 Wib kami berangkat. Kami mengenderai motor masing-masing untuk menuju Bener Meriah. Tapi, sebagian tim kami menunggu dititik perjalanan, seperti ada yang menunggu di Pijay dan Bireuen. Hanya 9 orang kami dari Banda Aceh. Yaitu Ali Hanafia (saya), Erbi Sanjaya (ketua tim), Muhammad Birri, Syauki, Imam Mahdi, Kaustar. 

Dalam tim ini kami ketuai oleh bang Erbi. Dalam perjalanan menuju Bener Meriah, saya sangat menikmati perjalanannya. Meskipun kami mengenderai motor, satu berdua, pengganti-pengganti supirnya. Hanya beberapa titik aja kami beristirahat. Di mesjid Agung Sigli pertama kami istirahat, hanya beberapa menit saja. Itu sekitaran jam 11.00 wib. Di Bataileik, kami berhenti untuk kedua kalinya untuk makan siang dan shalat dzuhur.
Dan kami lanjutkan perjalanan menuju satu tujuan yaitu Puncak Burni Telong. Teman satu tim sudah bergabung dengan kami yang dari Kota Lhokseumawe, Bireuen sudah dalam satu tim. Siap meluncur untuk kebersamaan.
Dipertengahan jalan perbatasan Bireuen dan Bener Meriah kami dilanda hujan deras, akhirnya kami tetap melanjutkan perjalanan. Seperti ditusuk sampai tulang-tulang oleh dinginnya angin. Tangan dan kaki sudah putih, bibir menggigil untuk menahan kedinginan. Meskipun ada mantel yang ada dibadan tetap saja dingin itu menusuk tulang belulang tubuh. Sebetulnya kami dilanda hujan itu mulai dari Batailek, tapi hanya hujan ringan. Meskipun basah kuyup, ditambah dengan cuaca yang memang dingin. Akhirnya, maghrib kami sampai didataran kota dingin itu, dengan basah kuyup.
Kampung dikaki puncak itu rupanya tidak seperti didaerah-daerah lain. Ketika malam hari pada orang-orang nggak keluar. Seperti tak ada penghuni kampung. mungkin saja sudah menjadi kebiasaan disetiap desa yang ada didaerah dingin. Ini kali kedua saya beranjak kaki ke daratan Gayo yang berjuluk kota dingin. Serasa tak tahan untuk menyesuaikan dengan kondisinya yang sangat dingin.
Shalat maghrib kami laksanakan dengan berjamaah di mesjid dekat dataran Gayo itu. Saya berwudhu serasa es airnya. Menggigil ketika berwudhu, nggak tahan. Tidak seperti di Banda Aceh dan Simeulue. Selesai shalat kamipun lanjut perjalanan dalam kondisi basa dan berhujuanan dalam perjalanan.
Beberapa menit dari mesjid tempat shalat maghrib, kami tiba di persimpangan desa kaki puncak gunung Burni Telong. Masuk kekampung yang identik desa itu dengan batang kopi Gayo. Sehingga, kami sampai dimesjid, untuk istirahat dan makan malam disitu. Masak dengan perlengkapan yang kami bawah.
Akhirnya malam itu kami tidak melanjutkan perjalanan karena sudah capek dan hujan juga. Kamipun memutuskan menginap dikampung itu. Saya sudah lupa nama kampungnya. Dengan atas bantuan warga desa kami bisa tidur dimushalla yang ada dikampung. Dan kami duduk disitu. Sampai jam 03.00 wib kami bangun untk mempersiapkan perlengkapan perjalanan menuju puncak.
Sampai disini Gans ,,, Ntar ada sambungannya. Tunggu Part selanjutnya. Ok ... J


Posting Komentar

0 Komentar