makam T.Diujung |
Disini saya akan bercerita sedikit sejarah Simeulue. Apa yang diceritakan nenek dan para petuah desa ketika saya pulang baru-baru ini. Hehhee ... Ada beberapa hal yang tak pernah saya dapatkan hari itu, dan hari ini saya tuangkan dalam tulisan saya lewat blog ini. Saya sempat juga berkunjung ke makam Tgk Halilullah
atau T. Diujung pada lebaran ke-3 kemaren. T. Diujung ini menupakan tokoh dan ulama besar yang membawa Islam ke pulau U 'ketika itu.
So langsung saja keintinya bahwa sejarah menceritakan bahwa abad ke XVI seorang ulama berasal dari pemerintah Pagaruyung Sumatera Barat yang bernama Halilullah akan melaksanakan Ibadah Haji ke Baitullah dengan mengenderai perahu ayar. Ia singgah sejenak di pemerintah Aceh Untuk meminta izin dari sang raja Sultan Iskandar Muda karena setiap yang mau berangkat ibada haji harus melalui Kesultanan Aceh. Setibanya di sana oleh Sultan meminta kepada Halilullah mengurungkan niatnya melaksanakan ibadah haji, karena itu diminta Sultan untuk mengislamkan rakyat Pulau Simeulue ketika itu bernama Pulau U '.
Makam T. Diujung |
Halilullahsendiri tidak mengetahui arah jalan ke Pulau Simeulu (Pulau U '), maka oleh Sultan Iskandar Muda ditunjukklah salah seorang wanita cantik dayang-dayang Sultan Aceh ketika itu, yang berasal dari desa kelahirannya Pulau Simeulue (Pulau U') untuk mendampingi Halilluah sebagai penunjuk jalan .
Karena dayang-dayang ini masih gadis perawan dan untuk tidak mengundang fitnah maka oleh Sultan keduanya dinikahkan sebagai suami Istri. Wanita cantik dayang-dayang ini bernama Si Melur atau Putri Meluer. Setelah menikah keduanyapun berlayar ke pulau Simeulue untuk mengislamkan rakyat setempat. Di Simeulue ini Habibullah digelar oleh para murid-muridnya dengan Tengku Di Ujung dan dari nama Istrinya Si Melur ini maka Pulau U ini diberi nama Simeulue. Pulau U 'artinya kelapa, saat itu pulau U' banyak kelapa. Sejak itu Pulau U berganti nama menjadi Pulau Simeulue. Saat ini Pulau Simeulue dikenal ada beberapa nama yaitu Long Bano, Simalur, Simeuloë, dan Simulul.
Masyarakat Simeulue menggunakan 4 bahasa etnis daerah Simeulue disamping bahasa Indonesia dan bahasa Aneuk Jame ', yaitu Bahasa Kampung Ai', Bahasa Lamamek, Bahasa Lekon dan bahasa Devayan. Penduduk asli Simeulue memiliki corak etnis yang unik bila dibanding etnis lainnya di daerah Aceh.
Secara umum penduduk Simeulue bermata sipit seperti ras Mongoloid, berkulit kuning. Selain penutur bahasa etnis Lamamek atau Sigulai dan Devayan masih ada lagi bahasa ketiga yang digunakan oleh etnis asli yaitu bahasa Leukon, namun kelompok penutur bahasa Leukon ini semakin berkurang populasinya. Bahasa Kampung Ai 'hamper sama dengan bahasa Devayan hanya dialeknya yang saja berbeda dan logatnya.
Mungkin sampai disini saja yang saya dapat tulis tentang sejarah Simeulue. Dilain waktu kita akan mengupas sejarah Simeulue dengan sedetail-detailnya. Semoga bermanfaat bagi pembaca. Terimakasiiiiiiihhhh ... .. J
0 Komentar